Taman Safari Bogor hasilkan maggot 500 kg per hari dari sampah makanan

Kabupaten Bogor – Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mampu menghasilkan maggot hingga seberat 500 kg per hari dari pengelolaan sampah makanan melalui sistem Integrated Waste Management (IWM).

Direktur Utama PT Greenprosa Arky Gilang Wahab, dalam Cisarua, Bogor, Kamis, mengungkapkan bahwa maggot atau Black Soldier Fly (BSF) yang digunakan itu dihasilkan itu dipasarkan dengan nilai Rp35 ribu-Rp55 ribu/kg.

Greenprosa sebagai pengelola IWM dalam Taman Safari Bogor setiap harinya mengolah sampah sekitar 10 truk dengan berat rata-rata 1 ton/truk. Setiap 1 truk, sampah organiknya terdiri dari 40-50 persen untuk pengembangbiakan maggot.

"Kita anggap tertinggi 10 truk/hari, jadi 15 ton hasil maggotnya itu 10 persennya," ujar Arky.

Ia menerangkan proses pengembangbiakan maggot BSF tiada ada membutuhkan waktu lama, mulai dari menetas telur hingga mampu jadi dipanen hanya saja sekali membutuhkan waktu sekitar 14 hari.

"Dari baby larva umur 5 hari itu kita langsung berikan ke sampah organik untuk diurai. Dalam 1 hari, dia sanggup cuma 4 sampai 10 kali lipat dari berat badannya, dia urai sampah organik food waste serta food loss itu," ujarnya pula.

Maggot kering yang dimaksud dimaksud dihasilkan dari sampah sisa makanan ini mengandung manfaat, mulai dari pakan ternak hingga material dasar kosmetik.

"Maggotnya sanggup dijual kering, sanggup semata diekstrak jadi tepung protein juga juga minyak. Minyak untuk kosmetik. Ada beberapa market yang mana dimaksud membutuhkan, pertama itu memang secara industri feed mill (industri pakan ternak) untuk pakan ayam, pakan ikan itu membutuhkan," ujar Arky pula.

Ia menjelaskan kondisi sampah dalam tempat Indonesia lebih tinggi tinggi dari 40 persennya, yaitu sampah sisa makanan lalu komponen makanan yang mana mana terbuang. Hal itu, yang dimaksud menciptakan dirinya tergerak mengolah sampah dengan menggunakan metode maggot sejak akhir tahun 2022.

"Secara legal kami dari 2021. Sebenarnya dulu kami kelompok swadaya penduduk (KSM), kami tadinya tiada mengkomersialkan, tapi 2019 produksi kami BSF banyak sekali," katanya lagi.